Dalam Budaya Jawa Ternyata Syarat Dengan Budaya K3.

Perbincangan kita tentang budaya K3 sangat menggugah untuk lebih mengutamakan keselamatan dari semua. Namun sayang banyak sekali yang berpendapat kalau di Indonesia kesadaran tentang Budaya K3 sangat rendah padahal kalau kita telaah dan belajar tentang budaya Indonesia akan banyak kita temukan  pelajaran tentang arti pentingnya SAFETY FIRST jauh sebelum kata kata ini muncul kali. Salah satunya adalah budaya orang jawa (maaf karena saya orang jawa) banyak ajaran ajaran dari nenek moyang kita tentang Safety First salah satunya :

1.       Tak sangoni slamet (saya doakan /berikan restu selamat)

Satu kata yang menurut saya sangat sederhana namun mengena, kadang ketika kita akan bepergian baik kerja, merantau, atau melakukan suatu kegiatan sering kita (adat ketimuran) meminta ijin pada orang tua. Satu petuah yang sering terucap adalah “TAK SANGONI SLAMET” Artinya bahwa bukan harta atau limpahan uang yang diharapkan orang tua kita tapi Keselamatan diri kita ketika kembali kerumah. Bukankah dalam ilmu Safety ditekankan Keselamatan adalah segalanya?

2.       Alon alon asal klakon (pelan pelan asal selamat)

Peribahasa yang menurut sebagaian orang identik dengan “lambat” ; “kurang gesit”; “tidak produktif” namun kalau kita cermati banyak benarnya juga apapun yang akan kita kerjakan kalau dilakukan dengan kehati hatian, tidak tergesa gesa, dengan penuh perhitungan pasti akan tercapai juga apa yang diharapkan plus tidak ada ada hambatan dalam pengerjaan. Jangan selalu ditekankan Produksi first dan keselamatan diabaikan bukan hasil yang didapat tapi kegagalan yang muncul.

3.       Sluman slumen slamet

Dalam analogi pikiran kita setiap pekerjaan pastilah ada suatu Resiko yang ditanggung, namun semua resiko itu bisa kita kurangi atau tidak akan terjadi jika kita mengerjakannya dengan penuh perhatian dan teliti. Terlepas dari semua itu kadang juga resiko tersebut datangnya tidak terduka dan tiba tiba kalau sudah seperti itu SLUMAN SLUMUN SLAMET yang terpenting adalah keselamatan diri kita.

4.       Ojo dumeh (jangan Sombong)

Jangan sombong akan kemampuan diri kita. Walaupun kita sudah mahir tetap semua harus dilakukan sesuai prosedur yang berlaku. Urut urutan pekerjaan; langkah pekerjaan; harus secara detail kita lakukan. Kadang kala kita lupa kesembronoan (lalai) yang mungkin awalnya hanya sedikit atau kecil dan merasa kita sudah biasa melakukan ada beberapa langkah yang dilewati akhirnya apa yang tidak kita harapkan bisa aja terjadi

5.       Ing Ngarso Sung Tulodo menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi orang – orang disekitarnya. Ing Madyo Mbangun Karso seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat. Tutu wuri Handayani seseorang ditengah kesibukannya harus juga mampu membangkitkan atau menggugah semangat.

Saya jadi teringat sebuah buku SAFTEY LEADERSHIP Bahwa keberhasilan suatu budaya K3 diperusahaan akan sangat besar sekali pengaruhnya kalau Puncuk Pimpinan tertingginya sangat care dan peduli akan K3. Kalau pimpinan memberikan contoh yang baik cara berperilaku K3 pastilah yang dibawahnya akan nurut dan mendukung serta mengikutinya.

Sebuah tulisan dari budhi_setiyawan@yahoo.com, dikutip dalam milist HSE Indonesia.

sumber : https://katigaku.top/2014/06/28/budaya-k3-dalam-budaya-jawa/c